Search This Blog

Saturday, August 8, 2009

Bacalah

Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu
kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya
ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam.

Sang guru berkata, "Saya punya permainan... Caranya begini, di tangan kiri
saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini,
maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka berserulah
"Pemadam!"


Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian
mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan.
Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Pemadam!", jika
saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!".

Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok,
dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka
sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti.
Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.

"Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang
bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian,
musuh-musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk
menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya.

Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana
terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat
laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya.
Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan
etika."

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak
lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum
nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya
hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda
sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya.
"Paham cikgu..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan. "Cikgu ada Qur'an, cikgu
akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah
tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencuba alternatif
dengan
tongkat, dan lain-lain. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar,
digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak
memijak karpet.

"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya...Musuh-musuh Islam
tidak akan memijak-mijak anda dengan terangterang... Kerana tentu anda akan
menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau
Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda
perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sedar."

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat.
Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.

Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau tapaknya dulu,
tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi
dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah
dihancurkan..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam
terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda.

Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga
meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan
mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."

"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah yang
dijalankan oleh musuh musuh kita... "Kenapa mereka tidak berani
terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya mereka. "Sesungguhnya dahulu
mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan
lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi."

"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sedar,
akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan
bangkit serentak, baru mereka akan sadar."

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa
dahulu sebelum pulang..."

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat
belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.

Banyak iktibar yg boleh kita ambik dr cerita di atas, insya Allah...

No comments:

Post a Comment